Sabtu, 19 November 2011

cara bertenak ayam kampung pedaging

Oleh Administrator
Rabu, 07 September 2011
03:33
Di waktu yang singkat ini
perkenankan kami untuk
ikut melengkapi artikel
atau pengetahuan
tentang cara beternak
ayam kampung pedaging.
Banyak sudah artikel dan
makalah yang ditulis oleh
pakar dan ahli
dibidangnya dalam
masalah ini akan tetapi
mengingat animo
masyarakat untuk
mengetahui cara
beternak yang baik dan
praktis maka kami juga
meluangkan waktu untuk
dapat menuliskannya.
Semoga yang sedikit ini
dapat memberikan
manfaat untuk kita
semua.
Mengubah sistem
beternak ayam kampung
dari sistem ekstensif ke
sistem semi intensif atau
intensif memang tidak
mudah, apalagi cara
beternak sistem
tradisional (ekstensif)
sudah mendarah daging
di masyarakat kita. Akan
tetapi kalau dilihat nilai
kemanfaatan dan hasil
yang dicapai tentu akan
menjadi faktor
pendorong tersendiri
untuk mencoba beternak
dengan sistem intensif.
Untuk mendapatkan
hasil yang optimal dalam
usaha beternak ayam
kampung, maka perlu
kiranya memperhatikan
beberapa hal berikut :
1. Bibit
Bibit mempunyai
kontribusi sebesar 30%
dalam keberhasilan
suatu usaha peternakan.
Bibit ayam kampung
(DOC) dapat diperoleh
dengan cara : membeli
DOC ayam kampung
langsung dari pembibit,
membeli telur tetas dan
menetaskannya sendiri,
atau membeli indukan
untuk menghasilkan
telur tetas kemudian
ditetaskan sendiri baik
secara alami atau
dengan bantuan mesin
penetas. Kami tidak akan
menguraikan sisi negatif
dan positif cara
mendapatkan DOC ayam
kampung karena akan
memerlukan halaman
yang panjang nantinya.
Secara singkat DOC
ayam kampung yang
sehat dan baik
mempunyai kriteria
sebagai berikut : dapat
berdiri tegap, sehat dan
tidak cacat, mata
bersinar, pusar terserap
sempurna, bulu bersih
dan mengkilap, tanggal
menetas tidak lebih
lambat atau cepat.
2. Pakan
Kita ketahui bersama
bahwa pakan mempunyai
kontribusi sebesar 30%
dalam keberhasilan
suatu usaha. Pakan
untuk ayam kampung
pedaging sebenarnya
sangat fleksibel dan
tidak serumit kalau kita
beternak ayam pedaging,
petelur atau puyuh
sekalipun. Bahan pakan
yang bisa diberikan
antara lain : konsentrat,
dedak, jagung, pakan
alternatif seperti sisa
dapur/warung, roti BS,
mie instant remuk, bihun
BS, dan lain sebagainya.
Yang terpenting dalam
menyusun atau
memberikan ransum
adalah kita tetap
memperhatikan
kebutuhan nutrisi ayam
kampung yaitu protein
kasar (PK) sebesar 12%
dan energi metabolis
(EM) sebesar 2500 Kkal/
kg.
Jumlah pakan yang
diberikan sesuai
tingkatan umur adalah
sebagai berikut :
* 7 gram/per hari
sampai umur 1 minggu
* 19 gram/per hari
sampai umur 2 minggu
* 34 gram/per hari
sampai umur 3 minggu
* 47 gram/per hari
sampai umur 4 minggu
* 58 gram/per hari
sampai umur 5 minggu
* 66 gram/per hari
sampai umur 6 minggu
* 72 gram/per hari
sampai umur 7 minggu
* 74 gram/per hari
sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan
secara ad libitum (tak
terbatas) dan pada
tahap-tahap awal
pemeliharaan perlu
dicampur dengan vitamin
+antibiotika.
3. Perkandangan
Syarat kandang yang
baik : jarak kandang
dengan permukiman
minimal 5 m, tidak
lembab, sinar matahari
pagi dapat masuk dan
sirkulasi udara cukup
baik. Sebaiknya memilih
lokasi yang agak rindang
dan terhalangi oleh
bangunan atau tembok
lain agar angin tidak
berhembus langsung ke
dalam kandang.
Penyucihamaan kandang
dan peralatannya
dilakukan secara teratur
sebagai usaha
biosecurity dengan
menggunakan
desinfektan yang tepat
dan tidak
membahayakan bagi
ternak itu sendiri.
Banyak pilihan jenis
desinfektan yang
ditawarkan oleh
berbagai produsen
pembuatan obat.
Ukuran kandang : tidak
ada ukuran standar
kandang yang ideal, akan
tetapi ada anjuran
sebaiknya lebar kandang
antara 4-8 m dan panjang
kandang tidak lebih dari
70 m. Yang perlu
mendapat perhatian
adalah daya tampung
atau kapasitas kandang.
Tiap meter persegi
sebaiknya diisi antara
45-55 ekor DOC ayam
kampung sampai umur 2
minggu, kemudian
jumlahnya dikurangi
sesuai dengan
bertambahnya umur
ayam.
Bentuk kandang yang
dianjurkan adalah
bentuk postal dengan
lantai yang dilapisi litter
yang terdiri dari
campuran sekam, serbuk
gergaji dan kapur
setebal ± 15 cm. Model
atap monitor yang terdiri
dari dua sisi dengan
bagian puncaknya ada
lubang sebagai ventilasi
dan bahan atap
menggunakan genteng
atau asbes.
Pemeliharaan ayam
kampung di bagi dalam
dua fase yaitu fase
starter (umur 1-4
minggu) dan fase finisher
(umur 5-8 minggu). Pada
fase starter biasanya
digunakan kandang bok
(dengan pemanas) bisa
bok khusus atau juga
kandang postal yang
diberi pagar. Suhu dalam
kandang bok biasanya
berkisar antara 30-32°C.
Pada fase finisher
digunakan kandang ren
atau postal seperti
model pemeliharaan
ayam broiler.
4. Manajemen
Pemeliharaan
Manajemen atau
tatalaksana
pemeliharaan memegang
peranan tertinggi dalam
keberhasilan suatu usaha
peternakan yaitu sekitar
40%. Bibit berkualitas
serta pakan yang
berkualitas belum tentu
memberikan jaminan
keberhasilan suatu usaha
apabila manajemen
pemeliharaan yang
diterapkan tidak tepat.
Sistem pemeliharaan
pada ayam kampung bisa
dilakukan dengan 3 cara
yaitu :
* Ekstensif /tradisional
(diumbar), tanpa ada
kontrol pakan dan
kesehatan
* Semi intensif
(disediakan kandang
dengan halaman
berpagar), ada kontrol
pakan dan kesehatan
ternak akan tetapi tidak
ketat
* Intensif
(dikandangkan seperti
ayam ras), ada kontrol
pakan dan kesehatan
dengan ketat
Model pemeliharaan
ayam kampung secara
intensif lebih disarankan
dari yang lainnya
terutama dalam hal
kontrol penyakit.
Sebenarnya masih
banyak lagi manfaat dari
cara beternak secara
intensif, akan tetapi
kami tidak dapat
menguraikannya di sini.
5. Pengendalian Penyakit
Hal yang tak kalah
pentingnya adalah
pengendalian penyakit.
Kita semua akan setuju
dengan statement
“mencegah lebih baik
daripada mengobati”.
Pencegahan penyakit
dapat dilakukan dengan
tindakan antara lain :
1. Menjaga sanitasi
lingkungan kandang,
peralatan kandang dan
manusianya
2. Pemberian pakan
yang fresh dan sesuai
kebutuhan ternak
3. Melakukan vaksinasi
secara teratur
4. Pemilihan lokasi
peternakan di daerah
yang bebas penyakit
5. Manajemen
pemeliharaan yang baik
6. Kontrol terhadap
binatang lain
Berikut kami uraikan
sedikit beberapa jenis
penyakit yang kerap
menyerang ayam
kampung :
* Tetelo (ND)
Penyebab : paramyxivirus
Gejala : ngorok dan
batuk-batuk, gemetaran,
kepala berputar-putar,
kelumpuhan pada kaki
dan sayap, kotoran
berwarna putih
kehijauan.
Pencegahan : vaksinasi
secara teratur, sanitasi
kandang, terhadap ayam
yang terkena ND maka
harus dibakar.
Pengobatan : belum ada
* Gumboro (gumboro
disease)
Penyebab : virus
Gejala : ayam tiba-tiba
sakit dan gemetar serta
bulu-bulunya berdiri,
sangat lesu, lemah dan
malas bergerak, diare
putih di sekitar anus.
Pencegahan : vaksinasi
teratur dan menjaga
sanitasi kandang
Pengobatan : belum ada
* Penyakit cacing
ayam (worm disease)
Penyebab : Cacing
Gejala : pertumbuhan
terhambat, kurang aktif,
bulu kelihatan kusam.
Pencegahan : pemberian
obat cacing secara
berkala, sanitasi
kandang yang baik,
penggantian litter
kandang secara berkala,
dan mencegah serangga
yang dapat menjadi
induk semang perantara.
Pengobatan : pemberian
obat cacing seperti
pipedon-x liquid,
sulfaquinoxalin,
sulfamezatin,
sulfamerazin, piperazin
dan lain sebagainya
* Berak kapur
(Pullorum)
Penyebab : Bakteri
Salmonella pullorum
Gejala : anak ayam
bergerombol di bawah
pemanas, kepala
menunduk, kotoran
melekat pada bulu-bulu
disekitar anus
Pencegahan :
mengusahakan induk
terbebas dari penyakit
ini, fumigasi yang tepat
pada mesin penetas dan
kandang
Pengobatan : noxal,
quinoxalin 4, coxalin, neo
terramycyn atau lainnya
* Berak darah
(Coccidiosis)
Penyebab : protozoa
Eimeria sp.
Gejala : anak ayam
terlihat sangat lesu,
sayap terkulai, kotoran
encer yang warnanya
coklat campur darah,
bulu-bulu disekitar anus
kotor, ayam bergerombol
di tepi atau sudut
kandang.
Pencegahan :
mengusahakan sanitasi
yang baik dan sirkulasi
udara yang baik pula
atau bisa juga dengan
pemberian coccidiostat
pada makanan sesuai
takaran
Pengobatan : noxal,
sulfaquinoksalin,
diklazuril atau lainnya
6. Pasca Panen dan
Pemasaran
Pemasaran ayam
kampung pada dasarnya
mudah karena disamping
jumlah permintaan yang
tinggi, harga ayam
kampung masih
tergolong tinggi dan
stabil, sedang produksi
masih terbatas. Ayam
kampung dapat dijual
dalam bentuk hidup atau
sudah dipotong (karkas).
Rumah tangga, pengepul
ayam, pasar tradisional,
warung, supermarket
sampai hotel berbintang
membutuhkan pasokan
ayam kampung ini. Harga
ayam kampung hidup
berkisar antara Rp 40.000
– Rp 50.000/ekor.
7. Pengelolaan Produksi
Sebagai seorang
peternak yang
profesional maka perlu
untuk menjaga agar
produksi yang kita
lakukan dapat memenuhi
standar kualitas dan
kontinuitas produk.
Maka diperlukan
pengelolaan atau
pengaturan produksi
agar usaha kita dapat
berproduksi secara
kontinyu. Untuk
kekontinuitasan usaha
perlu pengaturan dan
penjadwalan secara
teratur kapan DOC
masuk dan kapan ayam
di panen, karena hal itu
lebih disukai oleh
pengepul atau mitra
kerja kita daripada
hanya sekali panen
dalam jumlah banyak.
Tapi perlu diingat juga
bahwa pengelolaan
produksi sangat terkait
dengan modal,
ketersediaan kandang,
jumlah ketersediaan
DOC, dan jumlah
permintaan ayam siap
panen.
Mudah-mudahan uraian
di atas dapat menambah
pengetahuan kita dalam
hal beternak dan
menjadikan cara
beternak kita lebih baik.
Saran dan kritik selalu
kami nantikan untuk
kemajuan kita bersama.
Semoga kesuksesan
selalu menyertai kita
bersama. Aamiin… :)
Oleh : Pararto Wicaksono
dikutip dari sumber :
www.sentralternak.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar