Sabtu, 19 November 2011

cara bertenak ayam kampung pedaging

Oleh Administrator
Rabu, 07 September 2011
03:33
Di waktu yang singkat ini
perkenankan kami untuk
ikut melengkapi artikel
atau pengetahuan
tentang cara beternak
ayam kampung pedaging.
Banyak sudah artikel dan
makalah yang ditulis oleh
pakar dan ahli
dibidangnya dalam
masalah ini akan tetapi
mengingat animo
masyarakat untuk
mengetahui cara
beternak yang baik dan
praktis maka kami juga
meluangkan waktu untuk
dapat menuliskannya.
Semoga yang sedikit ini
dapat memberikan
manfaat untuk kita
semua.
Mengubah sistem
beternak ayam kampung
dari sistem ekstensif ke
sistem semi intensif atau
intensif memang tidak
mudah, apalagi cara
beternak sistem
tradisional (ekstensif)
sudah mendarah daging
di masyarakat kita. Akan
tetapi kalau dilihat nilai
kemanfaatan dan hasil
yang dicapai tentu akan
menjadi faktor
pendorong tersendiri
untuk mencoba beternak
dengan sistem intensif.
Untuk mendapatkan
hasil yang optimal dalam
usaha beternak ayam
kampung, maka perlu
kiranya memperhatikan
beberapa hal berikut :
1. Bibit
Bibit mempunyai
kontribusi sebesar 30%
dalam keberhasilan
suatu usaha peternakan.
Bibit ayam kampung
(DOC) dapat diperoleh
dengan cara : membeli
DOC ayam kampung
langsung dari pembibit,
membeli telur tetas dan
menetaskannya sendiri,
atau membeli indukan
untuk menghasilkan
telur tetas kemudian
ditetaskan sendiri baik
secara alami atau
dengan bantuan mesin
penetas. Kami tidak akan
menguraikan sisi negatif
dan positif cara
mendapatkan DOC ayam
kampung karena akan
memerlukan halaman
yang panjang nantinya.
Secara singkat DOC
ayam kampung yang
sehat dan baik
mempunyai kriteria
sebagai berikut : dapat
berdiri tegap, sehat dan
tidak cacat, mata
bersinar, pusar terserap
sempurna, bulu bersih
dan mengkilap, tanggal
menetas tidak lebih
lambat atau cepat.
2. Pakan
Kita ketahui bersama
bahwa pakan mempunyai
kontribusi sebesar 30%
dalam keberhasilan
suatu usaha. Pakan
untuk ayam kampung
pedaging sebenarnya
sangat fleksibel dan
tidak serumit kalau kita
beternak ayam pedaging,
petelur atau puyuh
sekalipun. Bahan pakan
yang bisa diberikan
antara lain : konsentrat,
dedak, jagung, pakan
alternatif seperti sisa
dapur/warung, roti BS,
mie instant remuk, bihun
BS, dan lain sebagainya.
Yang terpenting dalam
menyusun atau
memberikan ransum
adalah kita tetap
memperhatikan
kebutuhan nutrisi ayam
kampung yaitu protein
kasar (PK) sebesar 12%
dan energi metabolis
(EM) sebesar 2500 Kkal/
kg.
Jumlah pakan yang
diberikan sesuai
tingkatan umur adalah
sebagai berikut :
* 7 gram/per hari
sampai umur 1 minggu
* 19 gram/per hari
sampai umur 2 minggu
* 34 gram/per hari
sampai umur 3 minggu
* 47 gram/per hari
sampai umur 4 minggu
* 58 gram/per hari
sampai umur 5 minggu
* 66 gram/per hari
sampai umur 6 minggu
* 72 gram/per hari
sampai umur 7 minggu
* 74 gram/per hari
sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan
secara ad libitum (tak
terbatas) dan pada
tahap-tahap awal
pemeliharaan perlu
dicampur dengan vitamin
+antibiotika.
3. Perkandangan
Syarat kandang yang
baik : jarak kandang
dengan permukiman
minimal 5 m, tidak
lembab, sinar matahari
pagi dapat masuk dan
sirkulasi udara cukup
baik. Sebaiknya memilih
lokasi yang agak rindang
dan terhalangi oleh
bangunan atau tembok
lain agar angin tidak
berhembus langsung ke
dalam kandang.
Penyucihamaan kandang
dan peralatannya
dilakukan secara teratur
sebagai usaha
biosecurity dengan
menggunakan
desinfektan yang tepat
dan tidak
membahayakan bagi
ternak itu sendiri.
Banyak pilihan jenis
desinfektan yang
ditawarkan oleh
berbagai produsen
pembuatan obat.
Ukuran kandang : tidak
ada ukuran standar
kandang yang ideal, akan
tetapi ada anjuran
sebaiknya lebar kandang
antara 4-8 m dan panjang
kandang tidak lebih dari
70 m. Yang perlu
mendapat perhatian
adalah daya tampung
atau kapasitas kandang.
Tiap meter persegi
sebaiknya diisi antara
45-55 ekor DOC ayam
kampung sampai umur 2
minggu, kemudian
jumlahnya dikurangi
sesuai dengan
bertambahnya umur
ayam.
Bentuk kandang yang
dianjurkan adalah
bentuk postal dengan
lantai yang dilapisi litter
yang terdiri dari
campuran sekam, serbuk
gergaji dan kapur
setebal ± 15 cm. Model
atap monitor yang terdiri
dari dua sisi dengan
bagian puncaknya ada
lubang sebagai ventilasi
dan bahan atap
menggunakan genteng
atau asbes.
Pemeliharaan ayam
kampung di bagi dalam
dua fase yaitu fase
starter (umur 1-4
minggu) dan fase finisher
(umur 5-8 minggu). Pada
fase starter biasanya
digunakan kandang bok
(dengan pemanas) bisa
bok khusus atau juga
kandang postal yang
diberi pagar. Suhu dalam
kandang bok biasanya
berkisar antara 30-32°C.
Pada fase finisher
digunakan kandang ren
atau postal seperti
model pemeliharaan
ayam broiler.
4. Manajemen
Pemeliharaan
Manajemen atau
tatalaksana
pemeliharaan memegang
peranan tertinggi dalam
keberhasilan suatu usaha
peternakan yaitu sekitar
40%. Bibit berkualitas
serta pakan yang
berkualitas belum tentu
memberikan jaminan
keberhasilan suatu usaha
apabila manajemen
pemeliharaan yang
diterapkan tidak tepat.
Sistem pemeliharaan
pada ayam kampung bisa
dilakukan dengan 3 cara
yaitu :
* Ekstensif /tradisional
(diumbar), tanpa ada
kontrol pakan dan
kesehatan
* Semi intensif
(disediakan kandang
dengan halaman
berpagar), ada kontrol
pakan dan kesehatan
ternak akan tetapi tidak
ketat
* Intensif
(dikandangkan seperti
ayam ras), ada kontrol
pakan dan kesehatan
dengan ketat
Model pemeliharaan
ayam kampung secara
intensif lebih disarankan
dari yang lainnya
terutama dalam hal
kontrol penyakit.
Sebenarnya masih
banyak lagi manfaat dari
cara beternak secara
intensif, akan tetapi
kami tidak dapat
menguraikannya di sini.
5. Pengendalian Penyakit
Hal yang tak kalah
pentingnya adalah
pengendalian penyakit.
Kita semua akan setuju
dengan statement
“mencegah lebih baik
daripada mengobati”.
Pencegahan penyakit
dapat dilakukan dengan
tindakan antara lain :
1. Menjaga sanitasi
lingkungan kandang,
peralatan kandang dan
manusianya
2. Pemberian pakan
yang fresh dan sesuai
kebutuhan ternak
3. Melakukan vaksinasi
secara teratur
4. Pemilihan lokasi
peternakan di daerah
yang bebas penyakit
5. Manajemen
pemeliharaan yang baik
6. Kontrol terhadap
binatang lain
Berikut kami uraikan
sedikit beberapa jenis
penyakit yang kerap
menyerang ayam
kampung :
* Tetelo (ND)
Penyebab : paramyxivirus
Gejala : ngorok dan
batuk-batuk, gemetaran,
kepala berputar-putar,
kelumpuhan pada kaki
dan sayap, kotoran
berwarna putih
kehijauan.
Pencegahan : vaksinasi
secara teratur, sanitasi
kandang, terhadap ayam
yang terkena ND maka
harus dibakar.
Pengobatan : belum ada
* Gumboro (gumboro
disease)
Penyebab : virus
Gejala : ayam tiba-tiba
sakit dan gemetar serta
bulu-bulunya berdiri,
sangat lesu, lemah dan
malas bergerak, diare
putih di sekitar anus.
Pencegahan : vaksinasi
teratur dan menjaga
sanitasi kandang
Pengobatan : belum ada
* Penyakit cacing
ayam (worm disease)
Penyebab : Cacing
Gejala : pertumbuhan
terhambat, kurang aktif,
bulu kelihatan kusam.
Pencegahan : pemberian
obat cacing secara
berkala, sanitasi
kandang yang baik,
penggantian litter
kandang secara berkala,
dan mencegah serangga
yang dapat menjadi
induk semang perantara.
Pengobatan : pemberian
obat cacing seperti
pipedon-x liquid,
sulfaquinoxalin,
sulfamezatin,
sulfamerazin, piperazin
dan lain sebagainya
* Berak kapur
(Pullorum)
Penyebab : Bakteri
Salmonella pullorum
Gejala : anak ayam
bergerombol di bawah
pemanas, kepala
menunduk, kotoran
melekat pada bulu-bulu
disekitar anus
Pencegahan :
mengusahakan induk
terbebas dari penyakit
ini, fumigasi yang tepat
pada mesin penetas dan
kandang
Pengobatan : noxal,
quinoxalin 4, coxalin, neo
terramycyn atau lainnya
* Berak darah
(Coccidiosis)
Penyebab : protozoa
Eimeria sp.
Gejala : anak ayam
terlihat sangat lesu,
sayap terkulai, kotoran
encer yang warnanya
coklat campur darah,
bulu-bulu disekitar anus
kotor, ayam bergerombol
di tepi atau sudut
kandang.
Pencegahan :
mengusahakan sanitasi
yang baik dan sirkulasi
udara yang baik pula
atau bisa juga dengan
pemberian coccidiostat
pada makanan sesuai
takaran
Pengobatan : noxal,
sulfaquinoksalin,
diklazuril atau lainnya
6. Pasca Panen dan
Pemasaran
Pemasaran ayam
kampung pada dasarnya
mudah karena disamping
jumlah permintaan yang
tinggi, harga ayam
kampung masih
tergolong tinggi dan
stabil, sedang produksi
masih terbatas. Ayam
kampung dapat dijual
dalam bentuk hidup atau
sudah dipotong (karkas).
Rumah tangga, pengepul
ayam, pasar tradisional,
warung, supermarket
sampai hotel berbintang
membutuhkan pasokan
ayam kampung ini. Harga
ayam kampung hidup
berkisar antara Rp 40.000
– Rp 50.000/ekor.
7. Pengelolaan Produksi
Sebagai seorang
peternak yang
profesional maka perlu
untuk menjaga agar
produksi yang kita
lakukan dapat memenuhi
standar kualitas dan
kontinuitas produk.
Maka diperlukan
pengelolaan atau
pengaturan produksi
agar usaha kita dapat
berproduksi secara
kontinyu. Untuk
kekontinuitasan usaha
perlu pengaturan dan
penjadwalan secara
teratur kapan DOC
masuk dan kapan ayam
di panen, karena hal itu
lebih disukai oleh
pengepul atau mitra
kerja kita daripada
hanya sekali panen
dalam jumlah banyak.
Tapi perlu diingat juga
bahwa pengelolaan
produksi sangat terkait
dengan modal,
ketersediaan kandang,
jumlah ketersediaan
DOC, dan jumlah
permintaan ayam siap
panen.
Mudah-mudahan uraian
di atas dapat menambah
pengetahuan kita dalam
hal beternak dan
menjadikan cara
beternak kita lebih baik.
Saran dan kritik selalu
kami nantikan untuk
kemajuan kita bersama.
Semoga kesuksesan
selalu menyertai kita
bersama. Aamiin… :)
Oleh : Pararto Wicaksono
dikutip dari sumber :
www.sentralternak.com

penyakit pada cabai

Sebenarnya ada
beberapa penyebab yang
mengakibatkan daun
tanaman cabe menjadi
keriting. Supaya kita
mengetahui cara
mengendalikan hama
yang menyebabkan
gejala keriting daun cabe
tersebut pasti harus
didasari oleh
pengetahuan tentang
penyebab keriting daun
cabe tersebut.
1. Keriting daun cabe yang
disebabkan oleh trips.
Gejala keriting pada
daun tanaman cabe
sebagian besar
disebabkan oleh hama
trips. Gejala yang
ditimbulkan oleh trips
pada daun cabe adalah
adanya daun yang
keriting dengan bentuk
lekukan yang
menggulung ke atas.
Biasanya serangan trips
diikuti dengan gejala
rontoknya bunga cabe.
Pada permukaan daun
bagian atas biasanya
juga terdapat lapisan
mengkilap seperti perak.
Hama tanaman ini
sangat mudah dilihat
kasat mata pada bunga-
bunga tanaman cabe dan
didalam gulungan daun
cabe, berbentuk kecil
memanjang seperti
semut hitam dengan
warna ada yang hitam
dan hijau. Binatang ini
bisa bergerak cepat dan
mudah meloncat.
2. Keriting daun cabe yang
disebabkan oleh tungau.
Tungau menyerang
tanaman cabe dengan
memberikan gejala yang
khas, yaitu daun yang
terserang akan
melengkung ke bawah
dengan rapih. Serangan
tungau biasanya terjadi
pada daun yang ketiga
sampai kebawah. Jika
daun yang menggulung
dibuka dan diperhatikan
secara teliti maka
permukaan daun bagian
bawah akan terdapat
binatang yang sangat
lembut sekali (selembut
tepung) yang bergerak
secara perlahan-lahan.
Warna tungau pada
permukaan daun
biasanya hijau muda.
3. Keriting daun cabe yang
disebabkan oleh virus.
Virus pada tanaman cabe
biasanya disebarkan oleh
hama vektor myzus dan
bemisia (kutu kebul). Jika
virus menyerang pada
tanaman cabe akan
memberikan gejala yang
bermacam-macam sesuai
denga jenis virusnya.
Salah satu gejala yang
akibatkan oleh virus
tanaman cabe adalah
adanya daun tanaman
cabe yang menggulung
atau kita sebut keriting.
Keriting daun yang
disebabkan oleh virus
dapat dibedakan dengan
penyebab lain karena
virus ini akan
menyebabkan sebagian
besar daun cabe
menggulung. Hal ini
berbeda dengan gejala
yang diakibatkan oleh
trips maupun tungau
yang akan menggulung
tanaman cabe hanya
daun bagian ujung saja.
Gejala keriting daun oleh
Virus kadang-kadang
juga dikuti oleh kerdilnya
tanaman dan berubahnya
warna daun.
Setelah kita mengetahui
beberapa penyebab
keriting daun cabe
tentunya ada beberapa
cara yang bisa kita
lakukan untuk mencegah
dan mengendalikan
hama penyebab keriting
tersebut:
1. Sanitasi lingkungan
dengan membersihkan
gulma dilahan maupun
disekitar lahan
2. Gunakan mulsa plastik
hitam perak
3. Jarak tanam jangan
terlalu rapat
4. Kalau memungkinkan
gunakan sprinkel untuk
menyiram tanaman
5. Untuk keriting daun cabe
yang disebabkan oleh
virus cegah dengan
mengendalikan
vektornya
6. Gunakan insektisida yang
tepat sasaran. Untuk
trips, myzus dan bemisia
gunakan insektisida
berbahan aktif
abamektin, karbosulfan,
fipronil, imidakloprid.
Untuk tungau gunakan
akarisida seperti samite,
mitac dan mesurol.
7. Ketika mengaplikasi
pestisida tambahkanlah
pupuk daun untuk
mempercepat pemulihan
tanaman.
8. Jika merasa selalu
kesulitan mengendalikan
keriting daun tanaman
cabe maka hindari
menanam cabe pada
musim kemarau.
Demikian postingan
tentang mengendalikan
hama penyebab keriting
daun tanaman cabe
semoga bermanfaat bagi
anda kaum praktisi
budidaya tanaman cabe,
kaum penyuluh dan
pencinta tanaman.
-by maspary-

budidaya cabai besar

MAUBACA.COM:
Beberapa waktu lalu,
harga cabai hampir
melampaui harga emas.
Dan lonjakan harganya
mengalahkan lonjakan
harga saham perusahaan
manapun di dunia ini.
Harganya pernah
melompat sampai 1.000%.
Bayangkan, pernah
mencapai Rp 150.000 per
Kg. Harga yang sangat
fantastis. Itulah yang
membuat banyak orang
tergoda menanam cabai.
Berikut cara menanam
cabai agar untung besar:
Cabai dapat ditanam di
dataran tinggi maupun
rendah, pH 5-6. Bertanam
cabai dihadapkan dengan
berbagai masalah
(resiko), diantaranya,
teknis budidaya,
kekurangan unsur,
serangan hama dan
penyakit, dll.
FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan
· Tebarkan pupuk
kandang dosis 0,5 -1 ton/
1000 m2
· Diluku kemudian digaru
(biarkan + 1 minggu)
· Diberi Dolomit
sebanyak 0,25 ton / 1000
m2
· Dibuat bedengan lebar
100 cm dan parit selebar
80 cm
· Siramkan SUPER NASA
(1 bt) / NASA(1-2 bt)
- Super Nasa : 1 btl
dilarutkan dalam 3 liter
air (jadi larutan induk).
Setiap 50 lt air
tambahkan 200 cc
larutan induk.
Atau 1 gembor ( + 10
liter ) diberi 1 sendok
makan peres SUPER
NASA dan siramkan ke
bedengan + 5-10 m.
- NASA : 1 gembor ( + 10
liter ) diberi 2-4 tutup
NASA dan siramkan ke
bedengan sepanjang + 5
– 10 meter.
· Campurkan GLIO 100 –
200 gr ( 1 – 2 bungkus )
dengan 50 – 100 kg pupuk
kandang, biarkan 1
minggu dan sebarkan ke
bedengan.
· Bedengan ditutup mulsa
plastik dan dilubangi,
jarak tanam 60 cm x 70
cm pola zig zag ( biarkan
+ 1 – 2 minggu ).
2. Benih
· Kebutuhan per 1000 m2
1 – 1,25 sachet Natural
CK -10 atau CK-11 dan
Natural CS-20, CB-30
· Biji direndam dengan
POC NASA dosis 0,5 – 1
tutup / liter air hangat
kemudian diperam
semalam.
FASE PERSEMAIAN ( 0-30
HARI)
1. Persiapan Persemaian
· Arah persemaian
menghadap ke timur
dengan naungan atap
plastik atau rumbia.
· Media tumbuh dari
campuran tanah dan
pupuk kandang atau
kompos yang telah
disaring, perbandingan
3 : 1. Pupuk kandang
sebelum dipakai
dicampur dengan GLIO
100 gr dalam 25-50 kg
pupuk kandang dan
didiamkan selama + 1
minggu. Media
dimasukkan polibag bibit
ukuran 4 x 6 cm atau
contong daun pisang.
2. Penyemaian
· Biji cabai diletakkan
satu per satu tiap
polibag, lalu ditutup
selapis tanah + pupuk
kandang matang yang
telah disaring
· Semprot POC NASA
dosis 1-2 ttp/tangki umur
10, 17 HSS
· Penyiraman dilakukan
setiap hari pada pagi
atau sore hari untuk
menjaga kelembaban
3. Pengamatan Hama &
Penyakit
a. Penyakit
· Rebah semai (dumping
off), gejalanya tanaman
terkulai karena batang
busuk , disebabkan oleh
cendawan Phytium sp. &
Rhizoctonia sp. Cara
pengendalian: tanaman
yg terserang dibuang
bersama dengan tanah,
mengatur kelembaban
dengan mengurangi
naungan dan
penyiraman, jika
serangan tinggi siram
GLIO 1 sendok makan (±
10 gr) per 10 liter air.
· Embun bulu, ditandai
adanya bercak klorosis
dengan permukaan
berbulu pada daun atau
kotil yg disebabkan
cendawan Peronospora
parasitica. Cara
mengatasi seperti
penyakit rebah semai.
· Kelompok Virus,
gejalanya pertumbuhan
bibit terhambat dan
warna daun mosaik atau
pucat. Gejala timbul
lebih jelas setelah
tanaman berumur lebih
dari 2 minggu. Cara
mengatasi; bibit
terserang dicabut dan
dibakar, semprot vektor
virus dengan BVR atau
PESTONA.
b. H a m a
· Kutu Daun Persik (Aphid
sp.), Perhatikan
permukaan daun bagian
bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya
kutu daun persik
bersembunyi di bawah
daun. Pijit dengan jari
koloni kutu yg
ditemukan, semprot
dengan BVR atau
PESTONA.
· Hama Thrip parvispinus,
gejala serangan daun
berkerut dan bercak
klorosis karena cairan
daun diisap, lapisan
bawah daun berwarna
keperak-perakan atau
seperti tembaga.
Biasanya koloni
berkeliaran di bawah
daun. Pengamatan pada
pagi atau sore hari
karena hama akan
keluar pada waktu
teduh. Serangan parah
semprot dengan BVR
atau PESTONA untuk
mengurangi penyebaran.
· Hama Tungau
(Polyphagotarsonemus
latus). Gejala serangan
daun berwarna kuning
kecoklatan menggulung
terpuntir ke bagian
bawah sepanjang tulang
daun. Pucuk menebal dan
berguguran sehingga
tinggal batang dan
cabang. Perhatikan daun
muda, bila menggulung
dan mengeras itu
tandanya terserang
tungau. Cara mengatasi
seperti pada Aphis dan
Thrip
FASE TANAM
1. Pemilihan Bibit
· Pilih bibit seragam,
sehat, kuat dan tumbuh
mulus
· Bibit memiliki 5-6 helai
daun (umur 21 – 30 hari)
2. Cara Tanam
· Waktu tanam pagi atau
sore hari , bila panas
terik ditunda.
· Plastik polibag dilepas
· Setelah penanaman
selesai, tanaman
langsung disiram /
disemprot POC NASA 3-4
tutup/ tangki.
3. Pengamatan Hama
· Ulat Tanah ( Agrotis
ipsilon ), aktif malam
hari untuk kopulasi,
makan dan bertelur. Ulat
makan tanaman muda
dengan jalan memotong
batang atau tangkai
daun. Siang hari
sembunyi dalam tanah
disekitar tanaman
terserang. Setiap ulat
yang ditemukan
dikumpulkan lalu
dibunuh, serangan berat
semprot dengan
PESTONA atau VIREXI
· Ulat Grayak
( Spodoptera litura & S.
exigua ),
Ciri ulat yang baru
menetas / masih kecil
berwarna hijau dengan
bintik hitam di kedua sisi
dari perut/badan ulat,
terdapat bercak segitiga
pada bagian
punggungnya (seperti
bulan sabit). Gejala
serangan, larva
memakan permukaan
bawah daun dan daging
buah dengan kerusakan
berupa bintil-bintil atau
lubang-lubang besar.
Serangan parah, daun
cabai gundul sehingga
tinggal ranting-
rantingnya saja. Telur
dikumpulkan lalu
dimusnahkan, menyiangi
rumput di sekitar
tanaman yang digunakan
untuk persembunyian.
Semprot dengan VITURA,
VIREXI atau PESTONA.
· Bekicot/siput. Memakan
tanaman, terutama
menyerang malam hari.
Dicari di sekitar
pertanaman ( kadang di
bawah mulsa) dan buang
ke luar areal.
FASE PENGELOLAAN
TANAMAN (7-70 HST)
1. Penyiraman dapat
dilakukan dengan
pengocoran tiap
tanaman atau
penggenangan (dilep)
jika dirasa kering.
2. Pemupukan lewat
pengocoran dilakukan
seminggu sekali tiap
lubang. Pupuk kocoran
merupakan
perbandingan campuran
pupuk makro Urea : SP
36 : KCl : NASA = (250 :
250 : 250) gr dalam 50
liter ( 1 tong kecil)
larutan. Diberikan umur
1 – 4 minggu dosis 250 cc/
lubang, sedang umur 5-12
minggu dengan
perbandingan pupuk
makro Urea : TSP : KCl :
NASA = (500 : 250 : 250) gr
dalam 50 liter air,
dengan dosis 500 cc/
lubang.
Kebutuhan total pupuk
makro 1000 m2 :
Jenis Pupuk
1 – 4 minggu (kg)
5 – 12 minggu
(kg)
Urea
7
56
SP-36
7
28
KCl
7
28
Catatan :
- Umur 1 – 4 mg 4 kali
aplikasi (± 7 tong/
aplikasi)
- Umur 5-12 mg 8 kali
aplikasi (± 14 tong/
aplikasi)
3. Penyemprotan POC
NASA ke tanaman
dengan dosis 3-5 tutup /
tangki pada umur 10, 20,
kemudian pada umur 30,
40 dan 50 HST POC NASA
+ Hormonik dosis 1-2
tutup/tangki.
4. Perempelan, sisakan
2-3 cabang utama /
produksi mulai umur 15 –
30 hr.
5. Pengamatan Hama dan
Penyakit
· Spodoptera litura/ Ulat
grayak Lihat depan.
· Kutu – kutuan ( Aphis,
Thrips, Tungau ), lihat
fase persemaian.
· Penyakit Layu,
disebabkan beberapa
jamur antara lain
Fusarium, Phytium dan
Rhizoctonia. Gejala
serangan tanaman layu
secara tiba-tiba,
mengering dan gugur
daun. Tanaman layu
dimusnahkan dan untuk
mengurangi penyebaran,
sebarkan GLIO
· Penyakit Bercak Daun,
Cercospora capsici.
Jamur ini menyerang
pada musim hujan
diawali pada daun tua
bagian bawah. Gejala
serangan berupa bercak
dalam berbagai ukuran
dengan bagian tengah
berwarna abu-abu atau
putih, kadang bagian
tengah ini sobek atau
berlubang. Daun
menguning sebelum
waktunya dan gugur,
tinggal buah dan ranting
saja. Akibatnya buah
menjadi rusak karena
terbakar sinar matahari.
Pengamatan pada daun
tua.
· Lalat Buah (Dacus
dorsalis), Gejala
serangan buah yang
telah berisi belatung
akan menjadi keropos
karena isinya dimakan,
buah sering gugur muda
atau berubah bentuknya.
Lubang buah
memungkinkan bakteri
pembusuk mudah masuk
sehingga buah busuk
basah. Sebagai vektor
Antraknose. Pengamatan
ditujukan pada buah
cabai busuk, kumpulkan
dan musnahkan. Lalat
buah dipantau dengan
perangkap berbahan
aktif Metil Eugenol 40
buah / ha
· Penyakit Busuk Buah
Antraknosa
(Colletotrichum
gloeosporioides), gejala
serangan mula-mula
bercak atau totol-totol
pada buah yang
membusuk melebar dan
berkembang menjadi
warna orange, abu-abu
atau hitam. Bagian
tengah bercak terlihat
garis-garis melingkar
penuh titik spora
berwarna hitam.
Serangan berat
menyebabkan seluruh
bagian buah mengering.
Pengamatan dilakukan
pada buah merah dan
hijau tua. Buah terserang
dikumpulkan dan
dimusnahkan pada waktu
panen dipisahkan.
Serangan berat sebari
dengan GLIO di bawah
tanaman.
FASE PANEN DAN PASCA
PANEN
1. Pemanenan
· Panen pertama sekitar
umur 60-75 hari
· Panen kedua dan
seterusnya 2-3 hari
dengan jumlah panen
bisa mencapai 30-40 kali
atau lebih tergantung
ketinggian tempat dan
cara budidayanya
· Setelah pemetikan ke-3
disemprot dengan POC
NASA + Hormonik dan
dipupuk dengan
perbandingan seperti
diatas, dosis 500 cc/ph
2. Cara panen :
· Buah dipanen tidak
terlalu tua (kemasakan
80-90%)
· Pemanenan yang baik
pagi hari setelah embun
kering
· Penyortiran dilakukan
sejak di lahan
· Simpan ditempat yang
teduh
3. Pengamatan Hama &
Penyakit
· Kumpulkan dan
musnahkan buah yang
busuk / rusak
sumber: teknis budidaya.

Jumat, 04 November 2011

sejarah penyebaran tanaman tomat

Kata tomat berasal dari
bahasa Aztek, salah satu
suku Indian yaitu
xitomate atau
xitotomate. Tanaman
tomat berasal dari
negara Peru dan
Ekuador, kemudian
menyebar ke seluruh
Amerika, terutama ke
wilayah yang beriklim
tropik, sebagai gulma.
Penyebaran tanaman
tomat ini dilakukan oleh
burung yang makan buah
tomat dan kotorannya
tersebar kemana-mana.
Penyebaran tomat ke
Eropa dan Asia dilakukan
oleh orang Spanyol.
Tomat ditanam di
Indonesia sesudah
kedatangan orang
Belanda. Dengan
demikian, tanaman
tomat sudah tersebar ke
seluruh dunia, baik di
daerah tropik maupun
subtropik.

cara membuat pupuk cair organik

proses pembuatan pupuk
cair organik berlangsung
secara anaerob/secara
fermentasi tanpa
bantuan sinar matahari.
bahan-bahan:
sampah organik basah
atau hijauan , saya biasa
menggunakan buah
tomat afkir hasil panen
yg tidak di beli oleh
distributor. 1/2 karung
beras , sampah di
rajang .
cairan molase / atau gula
putih/merah 1/2 kg.
air bekas cucian beras/
tajin dari cucian pertama
1 liter.
air kelapa yg sudah tua 1
liter.
air bersih 7 liter, lebih
bagus jika pakai air
sumur/air tanah.jangan
menggunakan air ledeng
karena mengandung
kaporit.
cara pembuatan:
masukkan sampah/
hijauan atau buah
tomat.kedalam karung
beras dan tekan sampai
padat.
ikat karung.
buat larutan media
dengan mencampurkan
bahan tadi masukkan
kedalam ember ukuran
20 liter. untuk gula
merah tadi di cairkan
dahulu.
lalu masukkan hijauan/
sampah yg di dalam
karung tadi ke dalam
ember kasih pemberat
agar sampah di dalam
karung tidak
mengapung.
tutup ember dengan
rapat sehingga udara
tidak masuk.
simpan ember di tempat
teduh ,terhindar dari
sinar matahari.
simpan selama 7-10 hari ,
setelah 7-10 hari angkat
karung sampah tadi ,
sampahnya bisa jadi
kompos sedangkan
cairan tadi menjadi
pupuk ccair organik.
fermentasi yg berhasil di
tandai dengan adanya
bercak-bercak putih
pada permukaan cairan.
pupuk cair bisa lansung
di gunakan dengan cara
di siramkan ketanah
atau di semprotkan ke
daun tanaman , dengan
dosis pupuk daun 100:1 /
100liter air: 1 liter pupuk
cair , untuk akar/siram
ketanah 500:1 .
pemakaian seminggu
sekali untuk musim
kemarau , 3 hari sekali
jika musim penghujan.
selamat mencoba ,GO
ORGANIK 2010,,,
sumber: mengolah
sampah untuk pupuk &
pestisida organik ,setyo
purwendro,nurhidayat.
penebar swadaya

Selasa, 13 September 2011

cara membuat pupuk organik

Apa itu kompos?
Kompos atau humus
adalah sisa-sisa
mahluk hidup yang
telah mengalami
pelapukan, bentuknya
sudah berubah seperti
tanah dan tidak
berbau. Kompos
memiliki kandungan
hara NPK yang
lengkap meskipun
persentasenya kecil.
Kompos juga
mengandung
senyawa-senyawa lain
yang sangat
bermanfaat bagi
tanaman.
Apa manfaat kompos?
Kompos ibarat
multivitamin bagi
tanah dan tanaman.
Kompos memperbaiki
sifat fisik dan kimia
tanah. Kompos akan
mengembalikan
kesuburan tanah.
Tanah keras akan
menjadi lebih gembur.
Tanah miskin akan
menjadi subur. Tanah
masam akan menjadi
lebih netral. Tanaman
yang diberi kompos
tumbuh lebih subur
dan kualitas panennya
lebih baik daripada
tanaman tanpa
kompos.
Apa saja yang bisa
dibuat kompos?
Pada prinsipnya
semua bahan yang
berasal dari mahluk
hidup atau bahan
organik dapat
dikomposkan.
Seresah, daun-daunan,
pangkasan rumput,
ranting, dan sisa kayu
dapat dikomposkan.
Kotoran ternak,
binatang, bahkan
kotoran manusia bisa
dikomposkan. Kompos
dari kotoran ternak
lebih dikenal dengan
istilah pupuk kandang.
Sisa makanan dan
bangkai binatang bisa
juga menjadi kompos.
Ada bahan yang
mudah dikomposkan,
ada bahan yang agak
mudah, dan ada yang
sulit dikomposkan.
Sebagian besar bahan
organik mudah
dikomposkan. Bahan
yang agak mudah
alias agak sulit
dikomposkan antara
lain: kayu keras,
batang, dan bambu.
Bahan yang sulit
dikomposkan antara
lain adalah kayu-kayu
yang sangat keras,
tulang, rambut,
tanduk, dan bulu
binatang.
Mengapa harus
dikomposkan terlebih
dahulu?
Tanaman tidak dapat
menyerap hara dari
bahan organik yang
masih mentah, apapun
bentuk dan asalnya.
Kotoran ternak yang
masih segar tidak bisa
diserap haranya oleh
tanaman. Apalagi sisa
tanaman yang masih
segar bugar juga tidak
dapat diserap haranya
oleh tanaman.
Kompos yang
‘setengah matang’
juga tidak baik untuk
tanaman. Bahan
organik harus
dikomposkan sampai
‘matang’ agar bisa
diserap haranya oleh
tanaman. Prinsipnya
adalah tanaman
menyerap hara dari
tanah, oleh karena itu
harus dikembalikan
menjadi tanah dan
diberikan ke tanah
lagi.
Bagaimana cara
membuat kompos
yang cepat, mudah,
dan murah?
Membuat kompos
sangat mudah. Secara
alami bahan organik
akan mengalami
pelapukan menjadi
kompos, tetapi
waktunya lama antara
setengah sampai satu
tahun tergantung
bahan dan kondisinya.
Agar proses
pengomposan dapat
berlangsung lebih
cepat perlu perlakuan
tambahan.
Pembuatan kompos
dipercepat dengan
menambahkan
aktivator atau
inokulum atau biang
kompos. Aktivator ini
adalah jasad renik
(mikroba) yang
bekerja mempercepat
pelapukan bahan
organik menjadi
kompos. Bahan
organik yang lunak
dan ukurannya cukup
kecil dapat
dikomposkan tanpa
harus dilakukan
pencacahan. Tetapi
bahan organik yang
besar dan keras,
sebaiknya dicacah
terlebih dahulu.
Aktivator kompos
harus dicampur
merata ke seluruh
bahan organik agar
proses pengomposan
berlangsung lebih baik
dan cepat.
Bahan yang akan
dibuat kompos juga
harus cukup
mengandung air. Air
ini sangat dibutuhkan
untuk kehidupan jasad
renik di dalam
aktivator kompos.
Bahan yang kering
lebih sulit
dikomposkan. Akan
tetapi kandungan air
yang terlalu banyak
juga akan
menghambat proses
pengomposan. Jadi
basahnya harus cukup.
Bahan juga harus
cukup mengandung
udara. Seperti halnya
air, udara dibutuhkan
untuk kehidupan jasad
renik aktivator
kompos.
Untuk melindungi
kompos dari
lingkungan luar yang
buruk, kompos perlu
ditutup. Penutupan ini
bertujuan untuk
melindungi bahan/
jasad renik dari air
hujan, cahaya
matahari, penguapan,
dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan
selama beberapa
waktu hingga kompos
matang. Lama waktu
yang dibutuhkan
antara 2 minggu
sampai 6 minggu
tergantung dari bahan
yang dikomposkan.
Bahan-bahan yang
lunak dapat
dikomposkan dalam
waktu yang singkat, 2
– 3 minggu. Bahan-
bahan yang keras
membutuhkan waktu
antara 4 – 6 minggu.
Ciri kompos yang
sudah matang adalah
bentuknya sudah
berubah menjadi lebih
lunak, warnanya
coklat kehitaman,
tidak berbau
menyengat, dan
mudah dihancurkan/
remah.
Bagaimana cara
penggunaan kompos?
Kompos yang sudah
matang dapat
langsung digunakan
untuk tanaman. Tidak
ada batasan baku
berapa dosis kompos
yang diberikan untuk
tanaman. Secara
umum lebih banyak
kompos memberikan
hasil yang lebih baik.
Tetapi jika kompos
akan digunakan untuk
pembibitan atau
untuk tanaman di
dalam pot/polybag,
kompos harus
dicampur tanah
dengan perbandingan
satu bagian kompos :
tiga bagian tanah.
Kompos dapat
diberikan sebagai
satu-satunya sumber
hara tambahan atau
lebih dikenal dengan
istilah pertanian
organik. Kompos yang
diberikan sebaiknya
dalam jumlah yang
cukup, agar tanaman
dapat tumbuh lebih
baik. Kompos juga
bisa diberikan
bersama-sama dengan
pupuk kimia buatan.
Pupuk kimia dapat
dikurangi sebagian
dan digantikan
dengan penambahan
kompos.
Kompos dapat
diberikan ke tanaman
apa saja, mulai dari
tanaman pertanian,
holtikultura,
perkebunan, tanaman
hias, buah-buahan,
sayuran, dan
kehutanan. Misalnya
untuk tanaman: padi
sawah, padi gogo,
jagung, ketela pohon,
kacang, kol, kentang,
karet, kopi, sawit,
kakao, tebu,
aglonema, gelombang
cinta, mangga, akasia,
dan lain-lain.
link: http://
isroi.wordpress.com/2008/11/1...nah/
#more-1140

budidaya kubis organik

Budidaya
Kubis Organik
1. Syarat Tumbuh
Untuk
membudidayakan
tanaman kubis
diperlukan suatu
tinjauan syarat
tumbuh yang sesuai
tanaman ini. Syarat
tumbuh tanaman
kubis adalah:
Jenis Tanah
Kubis dapat
ditanam hampir
di semua jenis
tanah. Tanah
yang ideal untuk
kubis adalah
andosol dengan
tekstur liat
berpasir dengan
kandungan
bahan organik
tinggi (>1%)
Drainase baik
dan tidak
tergenang
pH tanah antara
4.3-6,5 dan yang
optimal adalah
pada pH 5,5 - 6,5
Suhu optimal
antara 15-25oC
dan untuk
membuat benih
suhu optimal
adalah 4-10oC
Sinar matahari
cukup, kira-kira
6 jam sehari
Kadar air tanah
60-100%
Curah hujan di
atas 2.500 mm/
tahun.
2. Persemaian
Ukuran
persemaian
dibuat lebar 1,2
m dan panjang
yang disesuaikan
dengan panjang
lahan.
Letak
persemaian
harus dekat
dengan sumber
air untuk
memudahkan
penyiraman
Tanah dicangkul
atau dibersihkan
dari gulma,
demikian juga
yang dapat
mengganggu
pertumbuhan
tanaman.
Pengolahan
tanah harus
berkisar 30-40
cm.
Tanah diberikan
kompos organik
atau pupuk
kandang yang
telah matang
dengan dosis 2
kg/m2 dengan
pengadukan
yang rata,
setelah terlebih
dahulu diberikan
Trychoderma
Bedengan
persemaian yang
dibuat
mempunyai
ketinggian 20-30
cm atau tidak
akan tergenang
dengan air bila
turun hujan
lebat.
Persemaian
diberi atap
untuk
menghindari
cahaya matahari
langsung dan
curah hujan yang
tinggi. Atap
dibuat miring
30-35o
menghadap ke
timur dengan
ketinggian 60-70
cm
Calon benih
perlu diamankan
dengan
memagarinya
dari organisme
pengganggu
tanaman, paling
baik dengan kain
till yang tembus
cahaya
Bila tanah dalam
keadaan kering
(musim
kemarau),
daerah
persemaian
harus disiram
sekali sehari
saat sore namun
jangan terlalu
basah
Pengendalian
hama sangat
perlu dilakukan
terutama
terhadap
serangan semut
sebelum tanam.
Tanaman yang
telah diserang
penyakit harus
segera dicabut.
3. Penanaman Pola
Pertanian Organik
Sebelum dilakukan
penanaman,
kegiatan yang perlu
dilakukan adalah:
Pergiliran
Tanaman
Untuk memutus
daur hidup hama
seperti ulat,
petani
dianjurkan untuk
menghindari
penanaman
kubis dan
tanaman
sefamili secara
terus menerus
dalam satu
tahun. Lahan
perlu dibiarkan
kosong atau
ditanami
tanaman lain
selama 3-4
bulan.
Pengolahan
Tanah
Konservasi
Dengan cara ini
pengolahan
tanah dilakukan
dengan bajak
biasa atau lebih
baik lagi dengan
cangkul, agar
sumber OPT
dapat dikurangi
dan
menciptakan
tata udara
(aerase) yang
baik. Untuk
mencegah erosi
dibuat bedengan
dengan
ketinggian 15
cm, dan saluran
air untuk
menghindari
genangan saat
hujan. Bedengan
berukuran lebar
1,2 m dan tinggi
30 cm,
sementara
panjang
bergantung pada
panjang lahan.
Bedengan tidak
perlu dibuat
menghadap arah
mata angin
tertentu. Jarak
antarbedengan
dibuat 40 cm.
Varietas
Biasanya yang
banyak
digunakan di
daerah sentra
produksi adalah
KR 2000, Grand
11, dan Meteor.
Jarak Tanam
Jarak tanam
yang dibutuhkan
tanaman kubis
adalah 30 x 40
cm. Cara tanam
yang dibuat
adalah model
segi empat.
Pupuk Organik
Pupuk dasar
merupakan
pupuk yang
sangat mutlak
dibutuhkan oleh
tanaman kubis,
agar
pertumbuhannya
baik. Pupuk
dasar yang
diberikan terdiri
dari 2 macam,
yaitu pupuk
kandang dan
kompos organik.
Pemberian
pupuk ini harus
rata di
permukaan
tanah sehingga
pertumbuhan
tanaman juga
akan rata.
Teknik Pembuatan
Kompos
Agar kompos yang
jadi berkualitas
baik, kita perlu
memperhatikan
jumlah dan dosis
tepat masing-
masing komponen
penyusun
komposisi. Bahan
dan alat yang harus
disediakan dalam
pembuatan kompos
sebanyak 1m3
adalah:
Bahan:
Jerami, dedaunan,
rerumputan, sisa
tanaman, abu,
sampah dapur atau
sampah kota yang
telah dibersihkan
dari bahan-bahan
anorganik seperti
plastik, kaleng, dan
batu.
Tempat:
Sediakan tempat
yang teduh dan
beratap juga
berlantai kering
dan keras
Cara Pembuatan:
Pilih lokasi di
permukaan
tanah (bukan di
dalam lubang di
tanah), misalnya
di tepi pematang
sawah dan
kebun.
Susun media
kompos (yakni
hijauan atau
jerami) setebal
25 cm sebagai
lapisan pertama.
Taburkan 1/4
bagian
campuran bahan
baku ke atas
tumpukan jerami
tersebut.
Kemudian siram
tumpukan jerami
dengan air
secukupnya.
Untuk lapisan
kedua, ketiga,
dan keempat,
susun lagi jerami
setebal 25 cm
kemudian
taburkan lagi
bahan baku
sebanyak 1/4
bagian ke atas
tumpukan jerami
dan siramkan air
ke tumpukan
tersebut.
Lakukan
sehingga
terbentuk 4
lapisan kompos.
Lalu tutup
dengan plastik
dan beri
penyangga dari
bambu di
sekelilingnya.
Aduk setiap 7
hari sekali.
Dalam tiga
minggu atau
setelah 3 kali
pengadukan
biasanya kompos
sudah masak.
Kompos yang
masak ditandai
oleh warnanya
yang coklat
kehitam-
hitaman, atau
hitam bila
terlalu panas.
Kandungan
unsur hara yang
ada dalam
kompos sangat
tergantung pada
komposisi bahan
asalnya, yakni
Nitrogen (N)
0,19%- 0,5%,
Fosfat (P 2O5)
0,08% - 0,27%,
dan Kalium
(K 2O) 0,45% -
1,20%
Cara tanam
Buat lobang dan
isi dengan air.
Jangan berikan
pestisida sama
sekali.
Ambil bibit dari
persemaian dan
jaga agar akar
serabut tidak
banyak rusak.
Tanam bibit
sebatas leher
akar lalu tutup
lubang
seperlunya
Siram bibit
dengan gembor
Perawatan
Tanaman
Siram tanaman
secukupnya
setiap sore
Singkirkan
tanaman yang
mati
Lakukan
pemupukan
dengan
menggunakan
pupuk buatan
dengan
kandungan
pupuk 15% dari
dosis anjuran
dan seluruhnya
diberikan pada
saat tanaman
telah berumur
30-35 hari
Sebelum
pemupukan,
bersihkan
sekitar tanaman
dari gulma dan
gemburkan
tanah
Perhatikan
kondisi
perakaran agar
tetap sehat
sehingga
pertumbuhan
tanaman tidak
terganggu
Lakukan
pengendalian
OPT dengan cara
yang alami.
Cara-cara yang
dapat dipakai
misalnya
penambahan
agen hayati
(trychoderma),
M4 atau
sejenisnya dan
penambahan
musuh alami.
Pengendalian
lain yang
diperbolehkan
adalah dengan
cara mekanis,
misalnya
memotong,
meijit, dan
membakar).
Pengendalian
OPT dengan
pestisida tidak
dianjurkan
kecuali amat
terpaksa dan
hanya sebanyak
ambang batas
penggunaannya
atau 10% dari
anjuran yang
ada. Musuh
alami yang kini
dikembangkan
untuk
memberantas
hama adalah
Angitia
cerophaga graf
dan sejenisnya.
T